TEKNIK PENULISAN ARTIKEL JURNAL ILMIAH
MAKALAH
TEKNIK
PENNULISAN ARTIKEL JURNAL ILMIAH
Dipresentasikan
dalam Mata Kuliah
Karya
Tulis Ilmiah
Yang
diampu oleh : M. Rikza Chamami, MSI.
Disusun
Oleh :
Min Khatul Maula ( 123311026 )
Muhammad Alfi Yasin ( 123311028 )
Muhammad Ali Riza
Sihbudi ( 123311029 )
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
I. PENDAHULUAN
Dunia kampus
menuntut seorang mahasiswa untuk lebih berfikir kreatif dan dewasa. Mahasiswa
harus belajar untuk menjadi pribadi yang lebih mandiri dibandingkan saat dia
masih berstatus sebagai siswa. Jika siswa mendapatkan mayoritas pelajaran
melalui ceramah yang disampaikan oleh gurunya, tidak begitu dengan mahasiswa.
Mahasiswa harus mampu mengeksplorasi sendiri mayoritas bahkan semua materi yang
akan dipelajarinya dalam suatu mata kuliah. Tidak heran jika banyak dosen yang
menerapkan metode presentasi makalah dan diskusi dalam setiap perkuliahannya. Secara
tidak langsung, dosen-dosen yang menggunakan metode presentasi makalah dan
diskusi telah membuat mahasiswanya untuk belajar menulis dan menyusun sebuah
karya ilmiah, yaitu makalah. Walaupun mungkin dalam penulisannya masih banyak
terdapat kekurangan, setidaknya para mahasiswa sudah mulai berani mencoba untuk
menulis.
Jenis-jenis
karya tulis ilmiah ada bermacam-macam, seperti makalah, essai, skripsi, thesis,
artikel, dan lain sebagainya. Masing-masing mempunyai karakteristik yang
berbeda-beda namun tetap dalam lingkup karakteristik sebuah karya tulis ilmiah.
Masing-masing jenis karya tulis ilmiah juga memiliki tujuan yang berbeda-beda.
Namun intinya, semua jenis karya tulis ilmiah bertujuan untuk memberikan
informasi mengenai suatu topik kepada para pembacanya, dan penulis juga harus
mampu bertanggung jawab atas kebenaran tulisannya.
Salah satu
jenis karya tulis ilmiah adalah artikel. Artikel berisi tentang argumen
seseorang terhadap suatu topik tertentu. Biasanya artikel dimuat di media massa
seperti koran, majalah, atau jurnal. Sebagai sebuah karya tulis ilmiah, artikel
tentu memiliki kaidah-kaidah dan tata cara untuk menyusunnya layaknya jenis
karya tulis ilmiah yang lain. Penulis artikel tentu juga harus berani
bertanggung jawab atas artikel yang ditulisnya.
Artikel yang
akan kami kupas dalam makalah yang kami susun ini adalah artikel yang dimuat
dalam sebuah jurnal ilmiah. Jurnal ilmiah tentu berbeda dengan majalah atau
koran yang berisi informasi-informasi atau berita-berita tentang kehidupan
sehari-hari. Dilihat dari namanya saja, sudah dapat kita ketahui bahwa jurnal
ilmiah tentu berisi tentang informasi-informasi yang berhubungan dengan
ilmu-ilmu pengetahuan, yang berdasarkan penelitian atau pemikiran seseorang
terhadap suatu hal. Berikut ini kami mencoba memaparkan makalah yang bertema
“Teknik Penulisan Artikel Jurnal Ilmiah” demi membagi sedikit pengetahuan
tentang bagaimana cara menulis artikel jurnal ilmiah yang baik.
II. RUMUSAN MASALAH
A.
Apa
pengertian artikel jurnal ilmiah?
B.
Apa
tujuan penulisan artikel jurnal ilmiah?
C.
Apa
saja ruang lingkup artikel jurnal ilmiah?
D.
Bagaimana
langkah-langkah untuk menyusun artikel jurnal ilmiah?
E.
Berikan
contoh artikel jurnal ilmiah!
III. PEMBAHASAN
A.
Pengertian Artikel Jurnal Ilmiah
Dalam kamus
bahasa Indonesia artikel berarti kata sandang, bagian dari undang-undang yang
berisi ketentuan, pasal, karya tulis dalam majalah, surat kabar, dan
sebagainya.[1]
Artikel adalah tulisan yang memuat suatu masalah berikut analisis penulisannya.[2] Artikel merupakan karya tulis yang bersifat pandangan (views) dari penulisnya. Ada beberapa
definisi artikel diantaranya :
1.
Menurut Haris Sumadiria, artikel adalah tulisan lepas berisi opini
seseorang yang mengupas tuntas suatu masalah tertentu yang sifatnya aktual dan
atau kontroversial dengan tujuan memberitahu (informatif) dan meyakinkan (persuasif
argumentatif), atau menghibur khalayak pembaca (rekreatif).[3]
2.
Menurut hakim artikel sebenarnya merupakan karya tulis yang bersifat
umum dan luas, biasanya merupakan opini bahkan juga berupa berita.
3.
Menurut Zaenuddin artikel adalah bentuk karangan bebas yang mengangkat
berbagai macam tema terutama yang menyangkut masalah sosial dan kemanusiaan.[4]
Dalam kamus
bahasa Indonesia jurnal berarti catatan harian (sesuatu), surat kabar harian.[5] Jurnal ialah salah satu bentuk media massa cetak yang khusus memuat artikel
ilmiah suatu bidang ilmu.[6] Sedangkan ilmiah dalam kamus bahasa Indonesia berarti keilmuan,
secara ilmu pengetahuan.[7]
Artikel jurnal
adalah karangan ilmiah dalam bidang ilmu tertentu yang diterbitkan dalam sebuah
jurnal yang khusus menerbitkan bidang kajian ilmu tersebut.[8]
Artikel jurnal ilmiah termasuk tulisan ilmiah populer. Disebut tulisan ilmiah
populer karena tema yang dibahas adalah masalah aktual dan disajikan dalam
bahasa yang mudah dicerna oleh pembaca. Tulisan ilmiah populer yang umumnya
dimuat di surat kabar dan majalah adalah ulasan atau kajian terhadap suatu
persoalan yang sedang hangat dibicarakan. Dalam bidang pendidikan misalnya
persoalan-persoalan yang berkenaan dengan peningkatan mutu pendidikan,
relevansi pendidikan, pemerataan pendidikan, wajib belajar, kurikulum,
undang-undang sistem pendidikan nasional, dan disipilin serta suasana belajar.[9]
B.
Tujuan Penulisan Artikel Jurnal Ilmiah
Tujuan
utama penulisan artikel jurnal ilmiah adalah untuk menciptakan kompetensi
menulis di kalangan pendidik.[10]
Artikel jurnal bertujuan untuk memberi tahu (informatif), memengaruhi
persuasif, meyakinkan argumentatif, atau menghibur khalayak pembaca.[11]
Artikel
amat menonjolkan tujuan eksposisimya, yakni dalam rangka menerangkan,
menjelaskan, atau memberitahukan pembaca akan sesuatu hal.[12]
Artikel bertujuan untuk :
1.
Sebagai penafsir dan penerjemah berita bagi surat kabar.
2.
Wahana diskusi dan sosialisasi gagasan kepada masyarakat
luas.
3.
Sarana kontribusi pemikiran, dalam kerangka mencari solusi, terhadap
suatu persoalan yang sedang dihadapi masyarakat atau bangsa.
4.
Sarana proses aktualisasi dan sekaligus untuk menunjukkan eksisitensi
diri bagi penulis.[13]
C.
Ruang Lingkup Artikel Jurnal Ilmiah
1.
Klasifikasi
Artikel jurnal
diklasifikasi ke dalam dua kategori : pertama, artikel ilmiah yang
bertujuan untuk membuka forum diskusi, argumentasi, analisis, dan sintesis,
sejumlah pendapat dan temun para ahli dan pemerhati dalam kajian ilmu tertentu
yang sama-sama ditekuninya. Jenis ini menyajikan kajian hasil analisis suatu
topik, tanpa mengaitkan penelitian. Kesimpulan atau penutup terkait dengan
ketajaman dan kedalaman analisis kritis penulisnya. Kedua, artikel yang
berisi kajian hasil penelitian. Kesimpulan jenis kedua ini terkait dengan
variabel bebas dan terikat yang diteliti.[14]
2.
Gaya Penulisan Artikel Jurnal
Ilmiah
Artikel
ilmiah memumpun pada gaya penulisan keilmuan. Bahasa yang digunakan untuk
penulisan artikel ilmiah memiliki aturan sendiri. Dalam menulis artikel ilmiah
kita harus menguasai secara aktif kaidah penyusunan kalimat yang dalam kaitan
ini kita merujuk pada :
a.
Kelengkapan unsur kalimat, terdiri dari subjek, predikat,
dan objek.
b.
Pararelisme, artinya kalimat itu harus selaras.
c.
Menghindari ambiguitas, karena akan membingungkan pembaca.
d.
Menghindari bahasa kiasan
e.
Menghindari kalimat yang terlalu kompleks, agar kalimat
bermakna lugas.
f.
Menghindari kalimat penunjuk diri.
g.
Menyusun paragraf yang memiliki kepaduan (kohesi) yaitu seluruh kalimat dalam
alinea hanya membicarakan satu pokok pikiran atau satu masalah. Selain itu
alinea juga harus memiliki kepaduan (koheren)
yaitu aliran kalimat satu dan lainnya berjalan lancar, gunakan kata ganti, kata
sambung, dan frase penghubung
h.
Dalam penulisan artikel ilmiah, masalah ejaan harus
diperhatikan sungguh-sungguh.[15]
Setiap
jurnal memiliki dan menerapkan gaya penulisan yang menyangkut sistematika
artikel. Dalam konteks artikel hasil penelitian, perbedaan, antara kedua gaya
itu terletak pada tidak adanya “kata kunci” subbagian “hasil penelitian” dan
pembahsan hasil penelitian. Selain sistematika artikel, proporsi antarbagian
artikel haru diperhitungkan. Misalnya, bagian “pendahuluan” dalam artikel hasil
penelitian memuat latar belakang masalah, sedikit tinjauan pustaka, serta
rumusan masalah atau tujuan penelitian. Sesuai namanya, yaitu pendahuluan,
bagian ini proporsinya tidak akan lebih dari 20-30 % dari total panjang
artikel. Panjang abstrak ditentukan sekitar 75-100 kata. Bagian inti, yaitu
hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian, memiliki proporsi paling
besar, yaitu sekitar 60-65 %. Jadi panjang bagian-bagian artikel harus
proporsional. Jika proporsinya timpang, maka artikel dapat ditolak.[16]
Secara
umum, gaya penulisan adlah cara mengungkapkan diri sendiri melalui bahasa,
sehingga membedakannya dengan orang lain. Pada hakikatnya gaya penulisan
berkaitan dengan misi tulisan secra umum, yakni enak dibaca karena disajikan
secara menarik dan mudah dipahami. Gaya penulisan merupakan bagian dari diksi
(pilihan kata). Yakni, bagian yang mempersoalkan pemakaian kata atau ungkapan
yang mengandung kekuatan dan pesona tertentu untuk menghadapi situasi tertentu.
Berikut ini adalah uraian mengenai ketiga hal pokok tersebut :
a)
Kejujuran
Dalam kaitan dengan gaya penulisan, kejujuran tercemin
pada susunan kalimat yang jernih, jelas, tidak berbelit-belit. Dengan amat
sadar, sang penulis tidak bermaksud mendustai pembacanya dengan kata-kata yag
hebat, tapi kabur dan hampa, hanya bisa dianggap intelek dan berwawasan luas.
b)
Sopan santun
Dengan gaya penulisan, sikap sopan santun ini tidak
diwujudkan dalam susunan kalimat yang manis, indah, mendayu-dayu. Atau, dalam
wujud yang berbunga-bunga penuh daya pesona. Rasa menghargai orang lain justru
dimanifestasikan melaalui penggunaan kalimat
yang efektif-efisien atau kalimat yang jernih dan jelas. Sehingga
pembaca dapat memahami gagasan yang diuraikan.
c)
Menarik
Dalam gaya penulisan, jika kita hanya berpatoka pada unsur
kejujuran dan pemakaian kalimat yang efektif-efisien, bahasa yang digunakan
pasti membosankan, datar, dingin, dan tidak menarik. Agar tidak monoton maka
gaya penulisan harus menarik.[17]
3.
Komponen
Artikel Jurnal Ilmiah
a.
Judul
1)
Berupa
Judul Topik
2)
Menggunakan
Frasa (Bukan Kalimat)
3) Baku,
lugas, dan provokatif (mencuatkan hasil penelitian kita) ; sependek-pendeknya
berjumlah 12-15 kata
4)
Memuat
kata kunci
5)
Tidak
menggunakan singkatan
b.
Nama
Penulis
1) Tanpa
kata “oleh” dan tanpa gelar apapun
2) Dibubuhi
nama lembaga, alamat, dan kontak (telepon atau pos-sel) guna keperluan
korespondensi. Pembubuhannya boleh langsung di bawah nama penulis atau
diletakkan di catatan kaki sebelah judul utama.
c.
Abstrak/Intisari
1) Berupa
latar belakang, metode dan teori yang digunakan, dan hasil yang diperoleh
(disarankan menggunakan bahasa Inggris demi keperluan lembaga abstrak
2) Dibubuhi
keyword berupa dua-tiga patah kata kunci yang digunakan dalam penelitian
d.
Bodi
1)
Pendahuluan
Berisikan alasan penelitian,
hipotesis atau perumusan masalah, dan tujuan penelitian. Pendahuluan tidak sama
dengan tinjauan pustaka. Pendahuluan jangan terlalu panjang dan tidak perlu
terlalu banyak merujuk pada kepustakaan
2)
Materi
inti dan metode
3)
Hasil
penelitian
4)
Pembahasan
hasil penelitian
e.
Penutup/Simpulan/Saran
Berisikan apa-apa yang telah ditemukan dalam penelitian. Jadi,
bukan ringkasan dari bodi artikel. Dikemukakan pula saran sepanjang diperlukan
f.
Daftar
Pustaka
Disusun secara konsisten melalui prinsip gaya selingkung jurnal.[18]
D.
Langkah-langkah Penyusunan Artikel Jurnal Ilmiah
Sebagai proses
kreatif, menulis artikel dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu persiapan penulisan
(prewriting), pelaksanaan penulisan (writing), dan perbaikan
materi tulisan (editing). Ketiga tahap ini sangat menentukan dalam
menuai keberhasilan atau sebaliknya kegagalan dalam proses penulisan artikel.
Para calon penulis dan penulis pemula, sebaiknya mengikuti ketiga tahapan
menulis artikel ini dengan baik.
1.
Tahap
Persiapan
Pada tahap ini,
kita harus menyiapkan beberapa hal, antara lain :
a.
Aspek
administratif
Di sini kita menyiapkan hal-hal yang sifstnya administratif seperti
mesin ketik, pita mesin ketik, komputer, tinta, kertas, pensil, stabilo, dan
sumber-sumber rujukan yang diperlukan seperti buku, surat kabar, majalah,
jurnal, kliping berita, kliping artikel, dan lain sebagainya. Semua sumber
rujukan itu sebaiknya sudah diberi tanda agar kita dapat dengan cepat dan mudah
membaca serta mengutipnya pada saat pengetikan nanti.
b.
Aspek
teknis
Pastikan peralatan kerja yang kita perlukan berfungsi dengan baik.
Mesin ketik atau komputer, begitu juga printer, dalam status “oke” untuk
digunakan, tk ada gangguan apapun, kuasai programnya dengan baik.
c.
Aspek
akademis
Buatlah kerangka karangan (out line) sederhana untuk
memudahkan kita menulis sekaligus menghindari tumpang tindih bahasan.
d.
Aspek
psikologis
Menulis adalah kegiatan kreatif yang sangat mengasyikkan. Jangan
pernah menganggap menulis adalah pekerjaan yang memberatkan atau menjengkelkan.
Karena itu buatlah suasana menulismenjadi menyenangkan.
2.
Tahap
Pelaksanaan Penulisan
Pada tahap
pelaksanaan penulisan, kita harus memusatkan perhatian hanya kepada tulisan dan
menghindari gangguan yang bisa membatalkan aktivitas kreatif kita. Tak ubahnya
naik pesawat terbang, sesudah tinggal landas, kita tidak akan bisa meminta
pilot untuk mendaratkan kembali pesawat di bandara yang sama, hanya misalnya
karena dompet atau telepon genggam kita tertinggal di toilet.
Dengan
berpedoman pada kerangka karangan (out line) yang sudah kita buat
disertai daftar referensi yang sudah tersusun di atas meja, maka pekerjaan kita
hanya satu : menulis dan terus menulis. Saat rangkaian kata mengalir deras, tak
ada lagi kekuatan yang bisa menghentikannya kecuali kata itu sendiri.
Berhentilah pada titik penghabisan. Ingat, menulis artikel harus utuh dan
tuntas. Utuh gagasannya, tuntas pembahasannya.
3.
Tahap
Perbaikan Materi Tulisan
Pada tahap
perbaikan atau penyuntingan materi tulisan, kita harus membaca, memperhatikan
mengoreksi, serta melakukan revisi terhadap beberapa hal yang menyangkut aspek
teknis dan aspek substansi tulisan, antara lain meliputi :
a.
Revisi
judul
Baca dan periksa kembali judul artikel yang sebeumnya kita beri
ststus “sementara”. Pikirkan dan putuskan apakah judul “sementara” itu akan
kita ubah ststusnya menjadi judul “permanen”, ataukah harus diutak-atik
kembali, diubah, atau diganti, sehingga menjadi lebih baik dan memiliki nilai
judul tinggi di mata pembaca.
b.
Revisi
intro
Artikel konsumsi pers yang ditulis oleh para calon penulis atau
penulis pemula, kerap melahirkan intro yang berkepanjangan, bertele-tele,
berputar-putar, tidak jelas, tidak ringkas, tidak menarik, membosankan, bahkan
adakalanya membingungkan. Intro adalah bagian pembuka atau pendahuluan.
Pastikan intro yang kita tulis sudah memenuhi yarat : ringkas, jelas, menarik,
dan ditulis dalam bahasa yang baik.
c.
Revisi
komposisi
Komposisi berarti susunan, susunan artikel haruslah beraturan.
d.
Revisi
akurasi dan relevansi data
Telitilah dalam mengutip nama seseorang, jabatan, pangkat,
kedudukan, alamat, angka, tanggal, bulan, tahun. Salah tulis, salah mengetik
angka, besar akibatnya. Jangan sampai muncul tudingan kita sebagai penulis
ceroboh. Biasakan bekerja dengan capat tetapi juga tepat dan akurat.
e.
Revisi
ejaan dan istilah teknis
Tanpa sadar, kita sering menggunakan istilah-istilah teknis yang
hanya dimengerti dan dipahami oleh lingkungan sendiri yang sangat terbatas.
Ganti istilah teknis itu dengan istilah yang dipahami umum. Kalau tak
terhindarkan, beri penjelasan istilah teknis itu dalam tanda kurung.
f.
Revisi
gramatika
Berkomunikasi secara tertulis, jauh berbeda dengan berkomunikasi
secara lisan. Bahasa lisan lebih banyak menekankan pengertian. Bahsa tulis
lebih banyak menekankan pada struktur dan makna. Artikel cenderung memangkas
paragraf-paragraf panjang dan lebih banyak menggunakan kalimat-kalimat pendek,
tegas, jelas, sederhana, mudah dimengerti.
g.
Revisi
bobot dan substansi materi tulisan
Kita menulis untuk apa dan siapa? Pasti untuk khalayak pembaca.
Lantas, apakah artikel itu seudah memenuhi syarat dilihat dari substansi dan
bobotnya? Harap diingat, kita menulis tidak sekedar untuk memberi tahu,
meyakinkan, membujuk, atau mempengaruhi dan menghibur mereka. Kita menulis juga
sekaligus untuk menunjukkan kapasitas dan kredibilitas kita. Kita layak menulis
suatu topik karena memang pokok bahasan itu sesuai dengan disiplin ilmu kita.,
pengetahuan kita, keahlian kita, atau bidang pengalaman kita.
h.
Asumsi
dampak yang diharapkan
Meulis berarti berkomunikasi. Menurut teori, kita akan disebut
komunikator yang baik apabila kita senantiasa memperhatikan umpan balik (feedback).
Komunikasi harus efektif, mencapai hasil seperti yang kita harapkan. Dalam kerangka inilah, kita selayaknya
membuat peta asumsi dampak yang diharapkan terhadap dan dari khalayak pembaca.[19]
E.
Contoh Artikel Jurnal Ilmiah
POSISI SUNNAH TERHADAP AL-QUR’AN
(Telaah Fungsional)
Oleh : Ahmad Maghfurin
Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang
Abstrak
Al-Qur’an adalah sumber ajaran yang pertam dan utama dalam Islam.
Ajaran yang dikandungnya kebanyakan bersifat global, sehingga tugas Muhammad
SAW, sebagai pembawanya disamping menyampaikan adalah menjelaskan maksud firman
Allah SWT dalam al-Qur’an itu kepada umatnya. Peranan yang amat vital ini tidak
dapat digantikan oleh orang lain apapun kedudukannya. Berbeda dengan al-Qur’an
yang diriwayatkan secara tawaatur sehingga terjamin keshahihannya, baik lafadz
maupun maknanya, maka penjelasan Nabi yang dikenal dengan sunnah tidak demikian
adanya. Namun demikian, untuk sampai pada koleksi dan kodifikasi seperti sekarang
ini, pelbagai persyaratan harus dipenuhi oleh perawi, serta proses yang amat
sulit harus dipenuhi, sehingga dapat dibedakan antara yang otentik dan yang
palsu.
A.
PENDAHULUAN
Allah telah
menutup risalah samawiyah dengan diutusnya Muhammad SAW yang membawa ajaran
Islam dengan al-Qur’an sebagai kitab suci sekaligus mukjizat terbesar baginya.
Seluruh isi al-Qur’an berupa 6666 ayat yang tersebar dalam 30 juz, diyakini
kebenarannya oleh kaum muslimin : surat demi surat, ayat demi ayat, kata demi
kata, bahkan huruf demi huruf. Semuanya telah disampaikan secara utuh kepada
Nabi Muhammad SAW yang kemudian memerintahkan kepada sahabat-sahabatnya untuk
menuliskan, menghafalkan, dan mempelajarinya serta menyampaikan kepada orang
lain yang tidak bertemu langsung dengan Rasulullah.
Beberapa saat
setelah Nabi SAW wafat, para sahabat mengumpulkan naskah-naskah al-Qur’an yang
ditulis itu, kemudian menyalin dan menyebarkan luaskan ke seluruh penjuru dunia
Islam. Usaha yang mereka lakukan itu diteruskan oleh generasi berikutnya.
Sehingga dapat dipastikan bahwa mushaf yang ditemukan sekarang adalah tidak
berbeda sedikitpun dengan yang diwahyukan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW
melalui perantara Malaikat Jibril pada 15 abad yang silam. Kebanyakan ayat yang
ada dalam al-Qur’an adalah bersifat global, sedangkan penjelasannya secara
rinci baik secara teoritis maupun penerapan praktisnya ditemukan dalam sunnah
Nabi SAW. Beliaulah satu-satunya manusia yang diberi otoritas untuk menjelaskan
maksud Allah SWT. Yang tertuang dalam al-Qur’an al Karim. (QS. 4: 105)
B.
DALIL KEHUJJAHAN SUNNAH
Ada beberapa
alasan mengapa sunnah dijadikan sevagai pegangan dalam menjalankan ajaran Islam
:
1.
Iman
Kewajiban beriman kepada risalah Muhammad SAW merupakan salah satu
rukun iman yang enam. Kewajiban beriman ini mengandung arti kewajiban pula
menerima segala yang datang darinya dalam perkara agama. Menerima segala
ketetapan rasul dengan penuh kesadaran dan kerelaan tanpa sedikitpun rasa
enggan dann pembangkangan, baik pada saat ditetapkannya hukum maupun sesudahnya
merupakan syarat keabsahan iman seseorang.
2.
Al-Qur’an
Dalam teks suci al-Qur’an ditemukan tidak kurang dari 40 ayat yang
mewajibkan umat Islam untuk taat kepada Allah dan RasulNya. Membenarkan firman
Allah mengandung konsekuensi membenarkan sunnah Rasul-Nya karena al-Qur’an
memerintahkan yang demikian. Begiru pula sebaliknya, menolak sunnah berarti
menolak al-Qur’an.
3.
Hadits
Perintah al-Qur’an tersebut diikuti dengan ta’kid dari sabda Nabi
SAW. Dalam salah satu haditsnya beliau menyatakan “aku tinggalkan kepada kalian
dua perkara yang apabila kamu berpegang teguh kepada keduanya niscaya tidak
bkal tersesat selamanya, yaitu kitab Allah dan Sunnah Rsaul-Nya.”
4.
Ijma’
Berdasarkan tiga alasan dan kenyataan di atas, umat Islam sepakat
untuk mengamalkan sunnah beriringan dengan al-Qur’an, karena mengamalkan sunnah
adalah mengamalkan perintah al-Qur’an. Ajaran al-Qur’an tidak bisa dipahami dan
amalkan dengan benar dan sempurna tanpa diiringi penjelasan dan perincian yang
hanya didapat dari sunnah. Sedang nabi adalah orang yang paling paham tentang
al-Quran baik bacaan, makna, tujuan, maupun pelaksanaan hukumnya. Oleh karena
itu, kaum muslimin dari generasi ke genrasi berusaha melestarikan dan menjaga
sunnah Nabi dari kemungkinan noda bercampur dengan perkataan orang lain dan
campur tangan orang yang tidak bertanggung jawab. Hal ini terlihat bagaimana
para muhadditsin sangat berhati-hati dalam menyeleksi hadits-hadits yang
diriwayatkan agar diyakini bahwa benar-benar berasal dari Nabi.
C.
KEDUDUKAN DAN FUNGSI SUNNAH TERHADAP AL-QUR’AN
Tidak diragukan
bahwa al-Qur’an ialah sumber tasyri’ yang pertama dan utama dalam Islam
sedangkan sunnah adalah sumber kedua. Sunnah dimaksud adalah dalam pengertian
yang luas. Ia tidak hanya terbatas pada perkataan yang disabdakan Nabi,
melainkan meliputi semua sifat, ucapan, tindakan, dan taqrir yang disandarkan
kepada beliau.
Mengenai fungsi
sunnah terhadap al-Qur’an syaikh Muhammad bin Alawi, mengklasifikasikannya
menjadi 4 macam sebagai berikut:
1.
Ta’kid
(menguatkan atau mempertegas kembali apa yang sudah ada dlam al-Qur’an).
2.
Bayan
(menjelaskan makna yang dikehendaki al-Qur’an).
Bayan mempunyai beberapa bentuk yaitu:
a)
Bayan
Al mujmal (menjelaskan yang global)
b)
Taqyid
Al muthlaq (membatasi hal yang lepas)
c)
Takhshis
al ‘Am ( mengkhususkan yang umum)
d)
Taudiih
al-musykil (merengkan ayat yang redaksinya sulit dipahami)
3.
Menerapkan
hukum baru yang tidak ada dalam al-Qur’an
4.
Menghapus
hukum yang ditetapkan al-Qur’an
D.
KELOMOK INKAR Al-SUNNAH
Di masa
Rasulullah SAW para sahabat tidak pernah sedikitpun meragukan bahwa perintah
Nabi harus diturut, dan bahwa beliau itu
di utus untuk seluruh umat manusia. Namun berabad-abad setlah Nabi meninggal,
mulai muncul kelompok di kalangan umat Islam sendiri yang meragukan otoritas
kehujjahan sunnah. Meraka dikenal dengan kelompok “inkar al-sunnah”, meskipun
mereka menamakan dirinya “Qur’ani atau ahl Qur’an”.
Al-Sibai, tokoh
pembela sunnah, mengidentifikasi dasar-dasar argumen menolak sunnah adalah:
1.
Keseluruhan
ajaran Islam cukup berdasarkan pada
al-Qur’an, karena ia itu sudah memuat segala sesuatu.
2.
Allah
menjamin terpeliharanya al-Qur’an, tapi tidak menjamin hal serupa unutk hadits
3.
Nabi
melarang, sekurang-kurangnya menghalangi penulisan hadits di masa beliau,
demikian pula para sahabat dan para tabiin terkenal.
4.
Nabi
menegaskan agar orang menerima hadits hanya yang benar-benar bersesuaian dengan al-Quran, dan menolak yang
lain.
Namun DR.
Mustofa Al Sibai dengan tegas menolak argumen-argumen itu. Dia menyatakan:
1.
Memang
benar kitab suci memuat segala sesuatu, tapi dalam garis besarnya saja.
2.
Yang
disebut bakal dijamin terpelihara dari usaha pengubahan tdak hanya pada
al-Qur’an tapi jga mengikuti sunnah.
3.
Pencegahan
Nabi dan para pembesar sahabat dan tabi’in dari usaha pembukuan hadits terjadi
karena kehawatiran akan tercampur dengan teks-teks al-Qur’an yang saat itu
belum dibukukan secara resmi.
4.
Keabsahan
hadits yang menjadi landasan argumen keempat di atas diragukan oleh para ahli.
Sebagai
tambahan dari penjelasan al-Siba’i di atas adalah kenyataan sejarah bahwa untuk
sampai pada koleksi dan kodisifikasi hadits seperti sekarang ini, pelbagai
persyaratan harus dipenuhi oleh para perawi, serta proses-proses yang amat
sulit harus dilalui, sehingga dapat dibedakan mana dari hadits-hadits itu yang
otentik dan yang palsu.
E.
KESIMPULAN
Dari bebrapa
uraian di atas ada beberapa kesimpulan yang ingin disampaikan :
1.
Al-Qur’an
dan sunnah merupakan dua sumber pokok dalam agama Islam. Keduanya mempunyai
hubungan saling ketergantungan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya.
2.
Menjelaskan
sunnah sebagai pegangan dalam menjalankan ajaran agama bukan semata-mata karena
al-Qur’an memerintahkan demikian, namun lebih karena kebutuhan kepada sunnah
itu sendiri. Tanpa sunnah, ajaran al-Qur’an yang kebanyakan bersifat global itu
tidak dapat diamalkan dengan sempurna.
3.
Umat
Islam perlu bersikap selektif dan hati-hati dalam menerima sunnah, karena
kenyataannya tidak semua sunnah yang sampai ke tangan kita terjamin
keshahihannya.
4.
Sunnah
harus diterima dalam posisinya yang proporsional, yakni sebgai rujukan dalam
upaya memahami dan merealisasikan ajaran al-Qur’an sesuai situasi dan kondisi
yang dihadapi.
Wallahu a’lam bi al shawab.
DAFTAR PUSTAKA
al-Khatib, Muhammad
‘Ajjaj, Ushul al-Hadits : Ulumuhu wa Musthalahuhu, (Beirut : Daral Fikr,
1989)
Ridla, Shalih
Ahmad, Dhahirah Rafdl al-Sunnah, terj. Ali Makhtum Assalamy, cet. II,
(Jakarta : Gema Insani Press, 1991)
Shalih, Shubhi,
Ulum al Hadits wa Musthaluhu, cet. XVII (Beirut : Dar al-‘Ilm li al Malayin, 1988)
al-Hasani,
Muhammad bin Alawi al-Maliki, al-Munhil al-Lathif fi Ushul al-Hadits
al-Syarif, cet. IV, (Jeddah : Sahar, 1982)
al-Siba’i,
Mushthafa, Al-Sunnah wa Makanatuha fi al-Tasyri’ al-Islami, terj.
Nurcholis Madjid, cet. I, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1991)
Shihab, M.
Quraish, Membumikan al-Qur’an, cet. XVI, (Bandung : Mizan, 1997)
Sumber : MEDIA : Jurnal
Ilmu Pendidikan dan Islam
IV. KESIMPULAN
Artikel jurnal
adalah karangan ilmiah dalam bidang ilmu tertentu yang diterbitkan dalam sebuah
jurnal yang khusus menerbitkan bidang kajian ilmu tersebut.
Artikel
amat menonjolkan tujuan eksposisimya, yakni dalam rangka menerangkan,
menjelaskan, atau memberitahukan pembaca akan sesuatu hal.
Ruang
lingkup artikel jurnal ilmiah, meliputi :
A. Klasifikasi
1. Artikel ilmiah yang bertujuan untuk membuka forum diskusi,
argumentasi, analisis, dan sintesis, sejumlah pendapat dan temun para ahli dan
pemerhati dalam kajian ilmu tertentu yang sama-sama ditekuninya.
2. Artikel yang berisi kajian hasil penelitian. Kesimpulan jenis kedua
ini terkait dengan variabel bebas dan terikat yang diteliti.
B. Gaya Penulisan
1.
Kelengkapan unsur kalimat, terdiri dari subjek, predikat,
dan objek.
2.
Pararelisme, artinya kalimat itu harus selaras.
3.
Menghindari ambiguitas, karena akan membingungkan pembaca.
4.
Menghindari bahasa kiasan
5.
Menghindari kalimat yang terlalu kompleks, agar kalimat
bermakna lugas.
6.
Menghindari kalimat penunjuk diri.
7.
Menyusun paragraf yang memiliki kepaduan (kohesi).
8.
Dalam penulisan artikel ilmiah, masalah ejaan harus
diperhatikan sungguh-sungguh.
C.
Komponen
1.
Judul
2.
Nama
penulis
3.
Abstrak/intisari
4.
Bodi
5.
Penutup/simpulan/saran
6.
Daftar
pustaka
Langkah-langkah
menyusun artikel jurnal ilmiah harus dimulai dari tahap persiapan menulis,
tahap pelaksanaan penulisan, dan juga tahap perbaikan materi tulisan. Ketiga tahap
tersebut harus dilalui untuk menghasilkan sebuah artikel yang baik.
V. PENUTUP
Demikian
makalah ini kami buat. Kami memohon maaf apabila di dalam penyusunan makalah
ini masih tedapat banyak kekurangan dan kesalahan, karena kesempurnaan hanyalah
milik-Nya, dan kami hanyalah manusia yang tidak pernah luput dari kekurangan
dan kesalahan.
DAFTAR
PUSTAKA
Alek
dan H. Achmad H.P., Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, Cetakan
Kedua, Dalman, Menulis Karya Ilmiyah,
Jakarta: PT Raja Gravindo Persada, 2012.
Rumaningsih,
Endang, Mahir Berbahasa Indonesia, Semarang : RaSAIL, 2006.
Sudarman,
Paryati, Menulis di Media Massa,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
Sudjana,
Nana, Menyusun Karya Tulis Ilmiah,
Bandung: Sinar Baru, 1991.
Sumadiria,
AS Haris, Menulis Artikel dan Tajuk Rencana, Cetakan Pertama, Bandung :
Simbiosa Rekatama Media, 2004.
Tanjung,
Bahdin Nur dan Ardial, Pedoman penulisan Karya Ilmiah, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010.
Wibowo,
Wahyu, Berani Menulis Artikel, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006.
Wibowo,
Wahyu, Piawai Menembus Jurnal
Terakreditasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Jakarta
: Kencana Prenada Media Group, 2011.
Yuwono,
Trisno dan Pius Abdullah, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis, Surabaya
: Arkola, 1994.
________,
MEDIA : Jurnal Ilmu Pendidikan dan Islam, Edisi 33/Th. IX/Mei
2000, Semarang : Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2000.
[1] Trisno Yuwono
dan Pius Abdullah, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis, Surabaya :
Arkola, 1994, hlm. 34.
[2] Hj. Endang
Rumaningsih, Mahir Berbahasa Indonesia, Semarang : RaSAIL, 2006, hlm.
253.
[5]
Trisno Yuwono
dan Pius Abdullah, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis, Surabaya :
Arkola, 1994, hlm. 206.
[6] Wahyu
Wibowo, Piawai Menembus Jurnal
Terakreditasi, Cetakan pertama, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, hlm. vii.
[7]
Trisno Yuwono
dan Pius Abdullah, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis, Surabaya :
Arkola, 1994, hlm. 187.
[8] Alek dan H.
Achmad H.P., Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, Cetakan Kedua,
Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011, hlm. 151.
[9] Nana Sudjana, Menyusun Karya
Tulis Ilmiah, Bandung: Sinar Baru, 1991, hlm. 55.
[10] Wahyu Wibowo, Piawai
Menembus Jurnal Terakreditasi, Cetakan pertama, Jakarta : Bumi Aksara,
2008, hlm. 6.
[11] AS Haris
Sumadiria, Menulis Artikel dan Tajuk Rencana, Cetakan Pertama, Bandung :
Simbiosa Rekatama Media, 2004, hlm. 88.
[12] Wahyu Wibowo, Berani
Menulis Artikel, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006, hlm. 7.
[13] AS Haris
Sumadiria, Menulis Artikel dan Tajuk Rencana, Cetakan Pertama, Bandung :
Simbiosa Rekatama Media, 2004, hlm. 11-13.
[14] Alek dan H.
Achmad H.P., Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, Cetakan Kedua,
Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011, hlm. 151.
[15] Wahyu Wibowo, Piawai
Menembus Jurnal Terakreditasi, Cetakan pertama, Jakarta: Bumi Aksara, 2008,
hlm. 70.
[16] Bahdin Nur
Tanjung dan Ardial, Pedoman penulisan Karya Ilmiah, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2010, hlm. 163-164.
[17] Wahyu Wibowo, Berani
Menulis Artikel, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006, hlm. 99-102.
[18] Wahyu Wibowo, Piawai
Menembus Jurnal Terkreditasi, Cetakan pertama, Jakarta : PT. Bumi Aksara,
2008, hlm. 115.
[19] AS Haris
Sumadiria, Menulis Artikel dan Tajuk Rencana, Cetakan Pertama, Bandung :
Simbiosa Rekatama Media, 2004, hlm. 19-26.
Komentar
Posting Komentar